Baca Juga :


Ada kalanya seorang mukmin diuji oleh Allah ta’ala dengan perlakuan kurang baik dari pasangan hidupnya. Seorang suami yang memiliki komitmen pada agama kadang juga tergelincir dengan sikap atau akhlak yang tidak terpuji pada istrinya. Rumah tangga yang di awalnya penuh dengan ketenteraman serta kebahagiaan seiring berjalan waktu terkadang mengalami badai dan terguncang ketika ada perkataan dan perbuatan yang bertentangan dengan syariat Islam. Ini sebuah ujian yang harus dihadapi pasutri agar laju bahtera pernikahan tetap stabil menuju sakinah, mawaddah, dan penuh rahmat Allah ta’ala.

Semoga nasehat syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah di bawah ini mampu mencerahkan imam pasutri untuk lebih menjaga keutuhan rumah tangga serta mampu bersikap bijak saat badai mengguncang.
Beliau ditanya:
Saya sudah menikah 25 tahun dan memiliki beberapa anak. Akhir-akhir ini saya ada masalah dengan suami. Dia sering melecehkan saya di hadapan anak-anak dan keluarga besar tanpa sebab yang jelas. Saya tidak lagi merasa nyaman kecuali kalau ia tidak ada di rumah, padahal suami saya ini selalu shalat dan takut kepada Allah ‘azza wa jalla. Mohon nasehat, bagaimana sikap saya yang benar? Jazaakumullahu khairan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjawab:
Anda wajib bersabar dan berusaha menasehatinya dengan baik dan mengingatkannya supaya ingat kepada Allah ‘azza wa jalla dan hari kiamat. Semoga dengan ini dia mendengar dan kembali ke jalan yang benar serta meninggalkan perangainya yang buruk. Jika dia tidak berubah, maka dia yang berdosa dan anda mendapatkan pahala yang besar dengan sebab kesabaran anda menghadapi keburukannya.
Disyariatkan pula bagi anda untuk berdoa dalam shalat dan di luar shalat supaya Allah ‘azza wa jalla memberikan petunjuk kepadanya ke arah kebenaran mengaruniainya akhlak terpuji juga agar Allah ‘azza wa jalla melindungi anda dari keburukannya.
Di samping itu, anda harus berusaha mengevaluasi diri dan berusaha tetap istiqamah dan bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla dari semua keburukan dan kesalahan yang mungkin saudari perbuat dalam menunaikan hak Allah ‘azza wa jalla, hak suami atau hak yang lain. Karena bisa jadi kejadian ini menimpa saudari karena perbuatan maksiat yang saudari lakukan. Karena Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ
Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syu’ara: 30).
Bisa jadi anda minta tolong kepada bapaknya, atau ibunya, atau kakaknya atau siapa saja yang didengar suaranya untuk menasehatinya agar memperlakukan saudari dengan baik, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa jalla,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan bergaulah dengan mereka secara patut” (QS. An-Nisa: 19)
Juga firman Allah ‘Azza wa jalla,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya” (QS. Al-Baqarah: 228).
Semoga Allah ‘Azza wa jalla memperbaiki biduk rumah tangga kalian dan semoga Allah ‘Azza wa jalla memberikan hidayah kepada suami saudari dan menunjukinya jalan yang benar. Semoga Allah ‘Azza wa jalla senantiasa mengumpulkan kalian dalam kebaikan dan petunjuk, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla Maha Dermawan lagi Maha Pemurah” (Fatawa al-Mar’ah al- Muslimah, hal. 687-688).
Demikianlah nasehat penyejuk iman agar pasutri tetap optimis dalam mencari solusi dalam setiap permasalahan rumah tangga. Mendoakan suami agar menjadi lebih baik adalah langkah utama agar Allah ta’ala membuka hati suami untuk segera menyadari kekhilafannya. Mintalah pada Allah ta’ala dan jangan berputus asa. Selain itu istri juga harus lebih memperbaiki diri untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas iman dan amal shalih karena terkadang tingkah laku suami dipicu oleh berbagai kemaksiatan yang dilakukan istri. Dan langkah yang tak kalah penting adalah tetap bersikap baik kepada suami, tunaikan kewajiban-kewajiban sebagai suami istri dengan ikhlas dan bergaulah dengan adab mulia. Bersabar terhadap keburukan orang lain sungguh butuh perjuangan ekstra. Di sinilah ketangguhan iman dan tawakkal seorang mukmin diuji, akankah ia lulus dalam menghadapi badai ujian ini. Bayangkan betapa istri akan merasakan puncak kebahagiaan ketika suatu saat suaminya berubah menjadi lebih shalih, mampu memperlakukan istri dengan lebih baik, niscaya anda akan bersemangat menjalani segala aktivitas.
Semoga uraian di atas mampu mencerahkan pikiran dan pandangan kaum mukminah bahwa kehidupan pernikahan akan indah dan barakah ketika kita menyandarkan harapan hanya pada Allah ta’ala dan senantiasa berdzikir, berdoa dan berupaya untuk meraih keridaan Allah ta’ala.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Baca Juga :

Foto: Edi s Eka jati

Dipati Ukur antara pahlawan dan pemberontak

Sejak abad ke 16 tatar Priangan berada dibawah kekuasaan Kesultanan Mataram.
Termasuk wilayah Tatar ukur yang berada disekitar Dayehkolot Bandung sekarang.
Yang jadi Bupatinya waktu itu adalah Senopati Wangsanata atau yang lebih dikenal dengan Dipati ukur.
Saat terjadi konflik Mataram - VOC sultan Agung mengirim surat perintah tertanggal 12 Juli 1628 yang isinya adalah memerintahkan pasukan Dipati ukur untuk menyerang Batavia. Dalam SOP nya, pada pertengahan Oktober 1628 Pasukan Dipatiukur harus sudah berada di Kerawang untuk menunggu pasukan Mataram yang didatangkan dari Kartasura
Lalu pasukan Gabungan Priangan dan Jawa itu akan bergabung dan sama-sama bergerak menyrang Batavia.Tapi setelah seminggu menunggu pasukan Jawa tak kunjung datang.
Karena logistik mulai menipis akhirnya Dipati ukur memutuskan untuk mulai mendahului menyerang Batavia.
Dua hari setelah kepergian pasukan Priangan ke Batavia pasukan dari Jawa datang ke Kerawang. Mendapati pasukan Priangan telah bergerak terlebih dulu pasukan dari Jawa marah dan merasa didahului.
Alih-alih membantu menggempur VOC pasukan Jawa malah balik memusuhi pasukan Priangan yang mulai terdesak, karena kalah dalam persenjataan.
Untuk menghindari lebih banyak Korban Dipati ukur menarik mundur pasukannya kembali ke Tatar Ukur, untuk melakukan konsolidasi dan menyiapkan serangan yang lebih terkoordinasi.
Tapi ternyata sesampainya di Tatar ukur Dipati ukur mendengar kabar yang tak mengenakan para gadis tatar ukur termasuk istrinya Saribandon menjadi korban perlakuan cabul para utusan Mataram. Dipatiukur marah, semua utusan Mataram dihabisi hanya satu yang lolos dan pergi ke Mataram dan memberikan laporan bernada provokatif pada sultan Agung kalau Dipati Ukur akan berontak.
Sadar perang didepan mata Dipatiukur segera menggalang kekuatan dengan mengajak para bupati Priangan untuk bergabung melawan Mataram, sebagian ada yang pro tapi sebagian ada juga yang kontra, diantaranya yang ikut bergabung adalah Karawang, Ciasem, sagalaherang, Taraju (Dalem Yudanegara), Pamanukan, Sumedang ,Limbangan Dan Malangbong.
Dan yang Kontra adalah daerah disekitar Sukapura , seperti Sindang Kasih,Cihaurbeuti dan Sukakerta.
Mendapat kabar tatar Priangan akan berontak pada Mataram Sultan Agung Mengirim Pasukannya untuk menumpas Dipatiukur dan pengikutnya.
Perang pun berlangsung pada saat saat awal peperangan pasukan Mataram selalu terpukul mundur, karena pasukan Dipatiukur unggul dalam penguasaan Medan
Bukan hanya itu saja wabah To,un yang melanda Priangan waktu itu membuat pasukan Mataram banyak yang terpapar dan Tewas.
Seperti yang dialami saat ratusan pasukan Mataram yang akan menyerang Taraju 80 orang anggotanya terkena To,un dan tewas diperjalanan di sekitar Rawaonom Puspahiang sekarang, dan makamnya sampai sekarang masih bisa dijumpai di hutan Joglo Kaler, kemudian sisa- sisa pasukan Mataram itu sebagian menetap disana dan menjadi generasi pertama penduduk yang menempati wilayah Puspahiang dan sekitarnya.
Para bupati yang menentang pemberontakan Dipati ukur ikut bertempur melawan pasukanya, dan beberapa orang membocorkan kelemahan Dipati ukur
Akhirnya dalam perang jago duel Antara Dipatiukur dan Jalasena, seorang jawara asal Galuh, Dipatiukur bisa dilumpuhkan dan diringkus disekitar daerah Cilin
Kemudian beberapa bupati yang pro Mataram termasuk dalem Wiradadaha I bupati pertama Sukapura membawanya ke Mataram.
Setelah melalui pengadilan singkat Dipati ukur dieksekusi dengan dipenggal kepalanya di
alun - alun Mataram.
Para bupati yang ikut membantu menumpas pemberontakan Dipati ukur mendapat penghargaan dan wilayah kekuasaan dari sultan Agung termasuk Gelar seperti Wiradadaha ,Wira artinya prajurit Dadaha artinya pemberani.
Karena keberaniannya menentang hegemoni Mataram ditatar priangan Dipatiukur dijadikan nama ruas Jalan di kota Bandung.
Wira Dadaha juga di abadikan jadi nama stadion di Kota Tasikmalaya.
Sedangkan Sultan agung jadi salah satu pahlawan Nasional.
Sejarah bandoeng tempo dulu.
Edi s Eka jati
Powered by Blogger.
close
Banner iklan disini